Ratu Cumi's Choice

APA SAJA YANG HARUS DIPERSIAPKAN JIKA INGIN MEMULAI "DIVING"?

Diving , atau dalam bahasa Indonesia bisa disebut dengan menyelam, adalah salah satu olahraga yang masuk ke dalam kategori ekstrem. Dari sem...

Kamis, 08 Februari 2018

Perjalanan Juga Tentang Rasa Bersama Logika

Perjalanan bukan melulu destinasi. Perjalanan juga bisa tentang rasa.
Tapi jika sudah berbicara tentang rasa tak jauh dari yang namanya cinta.

Aku yakin semua orang pernah jatuh cinta. Aku, pun.
Jatuh cinta itu identik dengan bahagia. Bagaimana tidak? Dua insan saling berbagi rasa seolah dunia hanya milik berdua. Rasanya asal sama si dia, makan ketoprak berdua di pengkolan jalan juga rasanya udah kaya di hotel bintang lima. Kentut yang bau telur busuk aja udah kaya wangi melatinya suketi. Mau kepanasan, kehujanan, kedinginan, kelaperan, juga rasanya asyik-asyik aja asalkan sama si dia.

Iya, kayak orang bego, ya. Nanti baru nyadar bego kalo cinta udah terlalu lama bersemi. Bunga-bunga asmara pun mulai berubah jadi kaktus dengan datangnya sebuah logika.

Apa aku salah satu bagian dari golongan bego ini?
Tentu saja, namanya juga dibutakan oleh cinta. Diajak jalan kaki dari Kota ke Sunda Kelapa aja udah berasa diajak jalan di red carpet.

HAHAHAHHAHA

Kenapa kok bisa bego? Karena menurut aku cinta itu sakral. Cinta itu bukan main-mainan, karena melibatkan perasaan. Buat aku pribadi menata perasaan itu sulit, karena aku ini bukan orang yang besar dengan perasaan menyek-menyek. Aku dibesarkan untuk menjadi perempuan mandiri, setrong, dan kuat.  Jatuh cinta itu menurut aku hal yang hanya akan membuat diri ini disesaki oleh berbagai masalah, problematika, dan dilema. Menurut aku, kehidupan itu sudah banyak yang harus diurus, sementara cinta itu hanya menghambat. Sehingga sulit rasanya aku untuk jatuh cinta.

Akan tetapi, sampailah pada suatu hari aku jatuh cinta kepada seseorang. Di depan orang ini, aku seolah menunjukkan aku ini lemah kaya benang jait, bukan lagi aku jadi benang layangan yang siap diadu buat menang. Iya sekalinya jatuh cinta seserius itu aku. (geuleuh nya, tapi da emang kitu!)

Awal mula pacaran itu, biar kata diajak susah, rasanya, ya, indah-indah aja. Padahal teman-teman sudah mengingatkan, lebih baik nangis di dalam BMW daripada nangis di Bajaj. Yah, namanya juga lagi jatuh cinta, rasanya susah senang tanggung bersama.

Tapi yang dilupakan oleh dua insan yang sedang jatuh cinta itu adalah cinta itu berevolusi.

Seorang ahli pernah berkata:

"Cinta akan terus berubah, bertumbuh, dan berkembang berkembang, dan berevolusi. Seiring berjalannya waktu, cinta yang awalnya menggebu menjadi semakin matang dan mendalam di hati. Di sinilah proses pendekatan menjadi penting, kita melakukan perkenalan karakter hingga visi dan misi. Selain itu kita juga harus yakin bahwa masing-masing mempunyai cinta yang besar untuk menyempurnakan hubungan."

Ketika menjalin hubungan dengan seseorang pasti kita punya tujuan, dong. Kalau kata lagu, sih, "mau dibawa ke mana hubungan kita~~~~".
Aku dari awal jatuh cinta sudah menetapkan dalam hati kalau apa yang aku jalani saat itu seserius aku sedang menapaki masa depan. Udah gak ada lagi, tuh, mikirin melanglang buana sendirian, yang dipikirin, ya, berdua. Apalagi kalau si doi udah ngomongin masalah pernikahan.

Ketika hubungan sudah melangkah ke arena yang lebih serius, biasanya visi dan misi mulai berkelok. Perempuan-aku, sih, entah kamu- ingin sebuah kepastian. Secinta-cintanya sama makhluk ciptaan Alloh S.W.T yang berjenis laki-laki, kan nanti kita gak akan kenyang sama cinta, dong? Bayar bulanan, biaya rumah sakit, melahirkan, pendidikan, dan lain sebagainya juga, kan, gak bisa dibayar oleh cinta. Ketika sudah sampai saat ini, cinta mulai bersinggungan dengan yang namanya logika. Jika ini terjadi, udah enggak bisa deh nafas buat diri sendiri, nafas itu harus berdua. Kita harus menyempurnakan hubungan.

Tapi apa pasanganku memikirkan hal yang sama? Jauh ke depan? Ternyata enggak. Kalo dipikiran dia, jalanin aja dulu, nanti juga ada jalannya (Dikatakan olehnya, yang berdiri di atas kaki sendiri saja belum mumpuni). Nah, loh. Saat orangtua kita sendiri menginginkan anaknya untuk hidup bahagia, pasangan kita sendiri belum tahu jika hidup bersama akan tinggal di mana.

Sebenarnya perbedaan visi dan misi ini bisa dibicarakan, tapi jika memang sudah tidak sejalan mau bagaimana? Mengucapkan kata tak semudah merealisasikannya. Aku pribadi, sih, merasa diberikan janji semu aja.

Di sini mulailah aku merasa aku jatuh cinta dengan orang yang salah.
Ibarat aku sudah membagi nafas aku untuk dia tapi dia hanya bernafas untuk diri dia sendiri.
Cinta yang dimiliki ternyata  tidak sama besar untuk menyempurnakan cinta.

Patah hati? Banget.
Mana ada yang mau kisah cinta berakhir dengan tidak bahagia. Apalagi untuk orang seperti aku yang sulit menata perasaan.
Bagaimana dengan si laki-laki?
Jelas dia mah gak mikirin hal remeh temeh kayak gini, karena, ya, itulah laki-laki. Patah hati enggak, malah merasa bebas merdeka. Mau pacaran bertahun-tahun juga gak akan diambil hati.

HAHAHAHAHA...
Kesian...

Yah, tapi kan kalau gak pernah kaya gini kita gak akan nyampe kepada pemikiran seperti ini bukan? Sebuah perjalanan rasa penuh cinta yang berakhir dengan logika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar