Setelah mendapatkan lisensi diving (menyelam) ngapain?
Tentu saja pergi menyelam secara berkala, minimal 6 bulan sekali.
Pertama-tama aku bingung dan ragu untuk melakukannya. Selain mahal, bingung mau pergi sama siapa? Secara, kan, si paling nubie. Walaupun aku orangnya ekstrovert garis keras, masih ada, loh, keraguan seperti ini. Kalau ada teman, setidaknya ada partner in crime. Kalau enggak ada, begonya sendirian. Akan tetapi, di umur-umur segini, susah mencari teman seperjalanan. Apalagi spesifik untuk menyelam. Enggak semua orang suka dan bisa melakukan olahraga ekstrem ini. Jadi, solusinya adalah ikut open trip.
Waktu aku lagi rajin mendaki, aku lebih memilih pergi dengan orang-orang yang aku kenal. Alasannya satu, kalau ada yang dikenal kemungkinan untuk ditinggal karena jalan lambat sangatlah kecil. Teman kita pasti iba buat nungguin hahahaha.
Nah, kalau menyelam entah kenapa aku lebih percaya diri dan merasa aman. Ketika menyelam dengan kelompok, kita akan dibagi ke dalam kelompok kecil (kurang lebih 1-4 orang) berdasarkan tingkat lisensi dan jumlah penyeleman (log) yang sudah kita lakukan. Jadi, kalau nubie akan sekelompok dengan nubie lagi. Selain itu satu kelompok kecil akan memiliki 1 dive guide. Sebelum turun ke laut kita akan di-briefing terlebih dahulu. Selain hand signal, biasana kita dikasih instruksi untuk harus selalu bersama kelompok kecil kita dan memperhatikan keberadaan buddy kita. Jika satu orang memiliki kendala, maka penyeleman dibatalkan. Jika satu orang sisa udara di tabung tersisa 50 bar, maka semua kelompok harus menyelesaikan penyelaman. Oleh karena aturan seperti ini, dengan siapapun kamu melakukan penyelaman, Insyaallah aman.
Supaya aman dan nyaman, kita bisa riset terlebih dulu operator yang menyediakan trip. Gimana testimoni mereka, gimana cara mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan kita si nubie ini, dan fasilitas yang diberikan. Cari informasi hingga dapat yang "klik" dan harganya sesuai. Ingat, kita bayar mahal untuk menyelam, jadi pastikan kita aman dan nyaman.
Destinasi pertama yang aku kunjungi setelah mendapatkan lisensi adalah Pulau Komodo (2022). Aku menggunakan operator iDIVE Komodo. Operator ini kupilih karena owner-nya cewek dan konten di Instagram-nya bagus. Pertanyaan-pertanyaan yang dilayangkan melalui DM Instagram dan pesan singkat pun dijawab dengan baik. Setidaknya, nih, walaupun kita jalan sendirian kita bisa ngobrol sama owner-nya, Marcia namanya. Setelah kita dibagi kelompok, kita juga jadi bisa ngobrol-ngobrol sama teman satu kelompok dan dive guide-nya. Kalau kamu introvert, setidaknya kamu tahu harus duduk di mana 😂
Aku juga pernah live on board bersama iDive Komodo ke Sumbawa (2023). Saat itu iDive menggandeng Anthias Cruise dan fotografer Timur Angin. Ini pengalaman pertama aku tinggal di kapal untuk menyelam, alasannya supaya mudah untuk bertemu hiu paus. Tidak perlu pergi subuh untuk menuju ke tempat para hiu paus.
Dari ikut open trip setidaknya kita jadi punya kenalan penyelam lebih banyak. "Pertemanan" dengan operator juga harus dijaga, supaya kalau kita balik lagi ke destinasinya bisa lebih merasa tenang karena ada orang yang dikenal. Lama-lama, dive buddy kita dari 1 bisa lebih dari 10!
Aku pribadi senang banget, di umur-umur segini jadi punya hobi baru, teman baru, dan motivasi baru. Yang tadinya hidup sudah mulai terasa monoton, jadi berwarna kembali.
Setelah dari Komodo, aku makin percaya diri untuk pergi-pergi sendiri. Supaya mudah bacanya aku bikin list aja, ya!
- Waktu aku ke Ternate (2022) enggak ada rencana untuk menyelam. Saat lagi jalan-jalan aku menemukan dive centre di Taman Nukila, namanya Dive Nukila. Di sini abang-abangnya baik semua, aku kontak sat set besoknya langsung menyelam. Kesan pertama begitu menyenangkan, sehingga 2023 aku balik lagi untuk menyelam bersama mereka keliling Maluku Utara (Jailolo, Pulau Hiri, Morotai, dan Tidore). Untuk akomodasi selama perjalanan aku harus mikir sendiri, fasilitas dari Dive Nukila hanya pada saat penyelaman dan land tour. Abang-abang baik hati ini kebetulan juga menjemput dan mengantar aku ke Bandara.
- Setelah dari Ternate aku ke daerah Kalimantan, tepatnya ke Derawan, Kakaban, dan Maratua. Aku memilih dive resort, Scuba Junkie Sangalaki. Di sana aku kenal dengan Dimas dan istrinya Georgia. Aku berteman dengan Dimas hingga hari ini, karena kita punya interest yang sama terhadap dunia pendidikan. Dimas menyarankan aku untuk pergi ke Alor.
- Waktu mau pergi ke Alor aku bingung gimana perginya. Sampai aku melihat Dimas membagikan konten Holidive yang bikin trip ke Alor. Aku mengikuti Holidive di Instagram, akun ini suka membuat konten tentang tips dan teknik penyelaman. Biasanya aku tonton konten-konten mereka untuk mengingat beberapa teknik sebelum pergi menyelam. Maklum enggak rutin menyelam, jadi kadang suka lupa tekniknya hehehe. Ragu juga pergi sama mereka, kayanya orang-orangnya pada kritis, tapi kata Dimas aslinya pada asyik. Akhirnya aku kontak Holidive dan pergi ke Alor (2022). Aku cukup sering pergi dengan Holidive, seperti ke Bali (akhir 2022-awal 2023) dan Pulau Seribu (2024). Bahkan aku juga refresh skill di kolam Tribuana, Cijantung.
- Di Alor Holidive bekerja sama dengan operator Air Dive. Perjalanan kali ini aku enggak terlalu sibuk memikirkan akomodasi, karena semua hal sudah diatur saat menginjakkan kaki di Alor, dari mulai transportasi dari bandara ke penginapan, tempat menginap, makan (pagi, siang, sore), camilan, dan alat selam. Perjalanan ke Alor ini mengenalkan aku kepada teman-teman baru yang jadi dive buddy sampai hari ini. Tahun (2023) aku kembali lagi ke Alor bersama Holidive dan Air Dive.
- Penyelaman tahun 2024, dimulai di Gorontalo dan Bolsel. Kali ini aku menggunakan operator Gorontalo Dive. Sama seperti di Alor, aku enggak sibuk memikirkan akomodasi setelah menginjakkan kaki di Gorontalo, kecuali peralatan selam. Jadi kalau mau sewa peralatan selam, kita ada biaya tambahan. Kita juga enggak perlu mikirin materi konten media sosial, soalnya Gorontalo Dive juga memberikan fasilitas fotografer.
- Saat musim ikan mola-mola tiba aku pergi untuk melihatnya di Nusa Penida, Bali (2024). Di Nusa Penida ada banyak banget operator penyelaman. Akan tetapi teman-temanku menyarankan dua operator Temple Dive dan Purple Dive.
- Terakhir di 2024, aku pergi ke Banda Naira. Temanku menyarankan untuk pergi bersama Indonesia Dive Safaries (IDS) supaya segala sesuatu diurusin setelah kita tiba di Ambon dan Banda Naira. Mungkin kalau aku masih muda, gak akan pake jasa seperti ini, jiwa muda menggelora untuk mengembara pasti ingin segala sesuatu diurus sendiri dan semurah mungkin. Tapi semakin tua, aku lebih memilih seperti seorang princess yang segala sesuatu sudah ada yang mengatur, aku tinggal bernafas saja hahahhaa. Di Banda Naira, untuk urusan penyelaman IDS menggandeng operator lokal Naira Dive Centre. Pokoknya aku, mah, tinggal datang, menyelam, makan, minum dan tidur saja.
Enggak kerasa setelah aku mendapatkan lisensi, aku sudah melakukan 100 dive hingga hari ini. Sebisa mungkin 6 bulan sekali pergi menyelam. Kalo lebih dari 6 bulan gimana? Disarankan untuk refresh skill terlebih dahulu sebelum melakukan penyelaman.
Semakin sering menyelam, semakin baik teknik penyelaman kita. Semakin sering menyelam, semakin banyak juga teman-teman yang memiliki hobi yang sama, jadi bisa saling diskusi terkait dunia penyelaman. Semakin sering menyelam semakin enjoy dan mungkin bisa upgrade lisensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar