Ratu Cumi's Choice

APA SAJA YANG HARUS DIPERSIAPKAN JIKA INGIN MEMULAI "DIVING"?

Diving , atau dalam bahasa Indonesia bisa disebut dengan menyelam, adalah salah satu olahraga yang masuk ke dalam kategori ekstrem. Dari sem...

Rabu, 30 September 2020

Perjalanan 30 yang ke-34

 

Wow.. enggak kerasa, ya, tiba-tiba udah 34 tahun. Rasanya kayak baru kemaren belajar sepeda roda tiga lalu kemudian masuk ke got hahahaha...

Di umur ke-34 banyak hal-hal baru yang aku alami dan aku rasakan. Aku merasakan hidup di tengah pandemi virus corona yang mengharuskan untuk diam di rumah saja selama hampir 7 bulan, merasakan bekerja secara online, merasakan kembali bermain sepatu roda, merasakan jatuh saat meluncur dari sepatu roda, merasakan rasa bahagia karena bebas tugas dari hal-hal yang tidak aku suka, merasakan semangat kembali bekerja karena membuka lembaran baru, merasakan jatuh dari tebih dan hampir mati, merasakan pergi ke UGD rumah sakit tulang, merasakan patah tulang, merasakan dipasang gips, merasakan tidak berarti karena kesulitan berjalan, merasakan putus asa karena tidak bisa ngapa-ngapain, merasakan bahagia ketika lepas gips, merasakan sulitnya berjalan pakai tongkat, merasakan kerinduan yang begitu besar kepada masa lalu.

Ya, walaupun hanya di rumah saja tapi begitu banyak yang dirasa dan membuat diriku selalu berkontemplasi. Tak jarang aku memikirkan masa depan, tapi tampak aku tidak punya kuasa lebih untuk meramal masa depanku. Sehingga aku hanya bisa membuat sebuah rencana ini dan itu. Sebuah rencana yang setidaknya membawa semangat masa laluku.

Kenapa masa lalu? Karena aku merasa kehidupanku di masa lalu sangatlah menyenangkan. Penuh gairah, semangat, mimpi, target, capaian. Rasanya dulu aku selalu penuh dikelilingi api semangat. Kepergian kakakku cukup memporak porandakan semangatku, karena aku harus mengurung egoku, hingga aku merasa apiku redup. Namun seiring berjalannya waktu, aku menyadari, aku tidak boleh redup terlalu lama.

Di umurku yang 34 ini mungkin aku tidak lagi memiliki darah muda darahnya para remaja. Ketika aku berpergian sudah sering dipanggil ibu, ketika di supermarket akupun dipanggil bunda. Teman-teman seumurku sudah pada berkeluarga, tapi aku belum. Menurutku ini bukan sebuah kesialan, justru ini adalah kesempatan. Kesempatan untuk aku mengobarkan api semangat, untuk kembali berkarya dan mewujudkan mimpi-mimpiku. Kesempatan untuk melangkahkan kaki untuk lebih jauh lagi. Memperkaya wawasan dan pengalaman.

Aku ingin seperti Bob Sadino dan Jakob Oetama, ketika meninggal dunia yang dikenang adalah karya dan kebaikannya. Aku ingin seperti Ibu Susi Pudjiastuti, yang hingga masa tuanya tetap berkarya dan bekerja. Aku ingin membuat diriku lebih berarti, dengan caraku sendiri.

Jika bukan diriku, siapa yang paling menganggap diriku ini berarti.

Jika bukan diriku, siapa yang paling menyayangi diriku sendiri.

Ini bukan egois atau narsis, tapi ini menjadi sebuah bentuk penghargaan. Betapa aku menghargai diriku sendiri. Aku pun akan mencoba untuk menjadi lebih baik lagi dengan menghargai orang-orang di sekitarku dan lingkunganku.

Aku akan mencoba untuk lebih menikmati hidupku. Insyaalloh.

Bagaimana dengan jodoh? Aku menganggapnya itu menjadi sebuah bonus. Bukan sebuah penghalang. :)

Be always strong Melissa. Me always love you.

Crying when you're sad, laughing when you're happy, and rest when you feel tired

Happy birthday :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar